Dalam
doa malamku kau menjelma
Denyut
jantungku,
Aku
mencintaimu.
Itu
sebabnya aku tak kan pernah selesai mendoakan
Keselamatanmu.
(Sajak Dalam Doaku, dipopulerkan oleh
Sapardi Djoko Damono)
Hai. Selamat pagi. Kalimat yang selalu
menjadi tulisan dini hari bagi tiap-tiap pecandu kopi. Dan pemilik jari yang
bercumbu dengan keyboard untuk tulisan hari ini. Penikmat dini hari.
Hari
ini aku berulang tahun!
Entah
ini gojekan Tuhan yang keberapa, memberi segala yang kupinta ditengah diri yang
berlumur dosa; membuatku terharu bahkan harusku menitikan air mata. Bahkan,
Tuhan pernah memberikanmu dan kujadikan satu-satunya.
Aku
tak akan banyak meminta seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku tak ingin lagi
dihadirkan dia dalam ulang tahunku. Aku tak ingin lagi meminta ini-itu sebagai
simbolis pertambahan umurku. Tapi, bolehkan aku mengharap kehadiramu sebagai kado
terindah dalam usia baruku?
Setidaknya walaupun singkat seperti yang
pernah kau berikan beberapa waktu silam tepat dipagi tanggal lahirku.
Hai,
hari ini aku berulang tahun!
Tahun
kesekian aku melewati pembaharuan angka-angka lilin tanpamu.
Selayaknya
tahun-tahun lalu, kau melewatkan hari indahku karena pengabdian untuk negaramu.
Dan hari ini kuharap doamu yang akan sampai menyertai langkahku. Barangkali
satu-dua detik dalam pergantian umurku, adalah satu-dua doa yang terdaras tak
terputus untuk segala keselamatanmu. Semoga kau, cepat kembali. Walaupun aku
tau, kehadiranmu kembali nanti bukan untukku. Melainkan untuknya.
Ya, perempuan itu telah
memilikimu.
Berat hati melepasmu, lelaki kedua setelah ayahku. Pelengkap kesempurnaan segala tawaku. Menghapus lara dalam lukaku. Tak pernah kurelakan kau beranjak selangkahpun dariku. Bahkan, ketika waktu demi waktu telah menculikmu, rasanya ingin kususul dengan kekuatan seribu bintang. Agar kau tetap kembali dan tak akan pernah pergi.
Berat hati melepasmu, lelaki kedua setelah ayahku. Pelengkap kesempurnaan segala tawaku. Menghapus lara dalam lukaku. Tak pernah kurelakan kau beranjak selangkahpun dariku. Bahkan, ketika waktu demi waktu telah menculikmu, rasanya ingin kususul dengan kekuatan seribu bintang. Agar kau tetap kembali dan tak akan pernah pergi.
Tidak. Aku sedang tidak
gila.
Kau tau? Bagiku tak ada perempuan satupun yang pantas mendampingimu. Anggapan selayaknya seorang ibu. Naluriku terlalu kuat untuk itu. Aku saja tak akan membiarkanmu diambil waktu, bagaimana diambil orang lain. Bahkan air mata yang menetes saat prosesi sakralmu adalah cerminan; betapa aku tak akan pernah sanggup melihatmu memikul tanggung jawab yang begitu besar. Mengingat kau tetap menjadi jagoan kecil bagi orangtua yang membesarkanmu sama-sama.
Tapi aku sadar. Setiap
orang akan menemukan titik bahagianya. Dan ketika dia menjadi bahagiamu, aku
hanya bisa mendoakan segala kebahagiaan yang selalu mengalir lebih untukmu dan pilihanmu.
Tenang saja, aku tetap akan menjadi peri kecilmu yang manja. Hingga nanti.
Hingga aku menemukan bahagiaku, sepertimu.
Hai, aku berulang tahun!
Tak inginkah kau mengecup
kening, memeluk erat dan mengucap segala pengharapan untukku? Meyakinkan bahwa
kau akan tetap menjagaku dari jauh sekalipun. Turut meniupkan lilin-lilin kecil
yang akan membawa tiap-tiap pengaminan sampai kepada pemilikku. Atau bahkan
kembali suatu waktu untukku.
Hingga
aku tak lagi menyebut namamu dalam setiap kerinduanku
---
Tulisan ini Kupersembahkan
Untuk tokoh 'Aku' yang berulang tahun
Untuk tokoh 'Aku' yang berulang tahun
hari ini,
Yekti Putri Utami A.D