Kamis, 18 Juni 2015

Satu-Dua kata Dalam bait doa



Dalam doa malamku kau menjelma
Denyut jantungku,
Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku tak kan pernah selesai mendoakan
Keselamatanmu.
(Sajak Dalam Doaku, dipopulerkan oleh Sapardi Djoko Damono)

   Hai. Selamat pagi. Kalimat yang selalu menjadi tulisan dini hari bagi tiap-tiap pecandu kopi. Dan pemilik jari yang bercumbu dengan keyboard untuk tulisan hari ini. Penikmat dini hari.

Hari ini aku berulang tahun!
    Entah ini gojekan Tuhan yang keberapa, memberi segala yang kupinta ditengah diri yang berlumur dosa; membuatku terharu bahkan harusku menitikan air mata. Bahkan, Tuhan pernah memberikanmu dan kujadikan satu-satunya.

   Aku tak akan banyak meminta seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku tak ingin lagi dihadirkan dia dalam ulang tahunku. Aku tak ingin lagi meminta ini-itu sebagai simbolis pertambahan umurku. Tapi, bolehkan aku mengharap kehadiramu sebagai kado terindah dalam usia baruku?
     Setidaknya walaupun singkat seperti yang pernah kau berikan beberapa waktu silam tepat dipagi tanggal lahirku.
           
Hai, hari ini aku berulang tahun!
     Tahun kesekian aku melewati pembaharuan angka-angka lilin tanpamu.
   Selayaknya tahun-tahun lalu, kau melewatkan hari indahku karena pengabdian untuk negaramu. Dan hari ini kuharap doamu yang akan sampai menyertai langkahku. Barangkali satu-dua detik dalam pergantian umurku, adalah satu-dua doa yang terdaras tak terputus untuk segala keselamatanmu. Semoga kau, cepat kembali. Walaupun aku tau, kehadiranmu kembali nanti bukan untukku. Melainkan untuknya.

Ya, perempuan itu telah memilikimu. 

Berat hati melepasmu, lelaki kedua setelah ayahku. Pelengkap kesempurnaan segala tawaku. Menghapus lara dalam lukaku. Tak pernah kurelakan kau beranjak selangkahpun dariku. Bahkan, ketika waktu demi waktu telah menculikmu, rasanya ingin kususul dengan kekuatan seribu bintang. Agar kau tetap kembali dan tak akan pernah pergi.

Tidak. Aku sedang tidak gila.

Kau tau? Bagiku tak ada perempuan satupun yang pantas mendampingimu. Anggapan selayaknya seorang ibu. Naluriku terlalu kuat untuk itu. Aku saja tak akan membiarkanmu diambil waktu, bagaimana diambil orang lain. Bahkan air mata yang menetes saat prosesi sakralmu adalah cerminan; betapa aku tak akan pernah sanggup melihatmu memikul tanggung jawab yang begitu besar. Mengingat kau tetap menjadi jagoan kecil bagi orangtua yang membesarkanmu sama-sama.

Tapi aku sadar. Setiap orang akan menemukan titik bahagianya. Dan ketika dia menjadi bahagiamu, aku hanya bisa mendoakan segala kebahagiaan yang selalu mengalir lebih untukmu dan pilihanmu. Tenang saja, aku tetap akan menjadi peri kecilmu yang manja. Hingga nanti. Hingga aku menemukan bahagiaku, sepertimu.

Hai, aku berulang tahun!
Tak inginkah kau mengecup kening, memeluk erat dan mengucap segala pengharapan untukku? Meyakinkan bahwa kau akan tetap menjagaku dari jauh sekalipun. Turut meniupkan lilin-lilin kecil yang akan membawa tiap-tiap pengaminan sampai kepada pemilikku. Atau bahkan kembali suatu waktu untukku.

Hingga aku tak lagi menyebut namamu dalam setiap kerinduanku

---

Tulisan ini Kupersembahkan 
 Untuk tokoh 'Aku' yang berulang tahun
hari ini,
Yekti Putri Utami A.D