Aku senang, karena pada akhirnya aku bisa mengikuti event
setiap tahun yang diadakan @poscinta. Kalau tidak salah, sudah tiga februari
aku mengikuti event ini. Tiga februari dengan coretan yang berbeda. Mulai dari
tulisan saat hati sedang remuk-remuknya, lalu berbahagia walaupun dalam
sandiwara, setelahnya benar-benar menjadi orang yang berbahagia karena telah
menemukan titik bahagianya.
Kalau tidak salah pula, ini adalah februari pertama dan
terakhir dimana aku melibatkan sosokmu untuk menjadi jiwa dalam tulisan
pertamaku saat ragamu masih disampingku. Satu musim, dan satu waktu sembahyang.
Sebelum nanti akan dipisahkan jarak, ataupun dipisahkan dalam sebuah status yang selalu aku semogakan.
Semoga juga, aku tidak terlalu jatuh pada
pengharapan-pengharapan yang pernah kita rapalkan
bersama.
Aku tau, ini adalah tulisan kesekian tentangmu. Aku tak
tau seberapa bosan kau membacanya.
Yang ku tau, semenjak pertama kali aku menatap dua bola
mata indah yang menyipit seiring tawa lepasmu, semenjak itu pula keinginan
untuk terus menerus menulis sesuatu tentangmu selalu membayangiku. Mengikuti kemana
pun aku pergi. Bahkan mengukir bayangmu di segala arah, tak peduli apapun itu.
Aku mengukir bayangmu di tiap-tiap sudut kamarku,
mengukir bayangmu di pantulan cermin, udara, bahkan aku selalu melihat bayangmu
terpantul di bak mandi. Ah, sebegitu menggilaimu. Hingga aku tersadar, benar adanya
aku pecandumu.
Aku mencintaimu tanpa syarat. Kau tau? Aku bahkan tidak
pernah menyukai orang berbohong. Apapun itu. Dan jikalaupun kamu melakukannya, selalu
saja ada celah maaf untukmu. Aku bahkan membenci orang yang tidak bisa mengatur
waktunya sendiri, mungkin kamu adalah salah satunya. Dan entah kekuatan
darimana, itu membuatku belajar artinya bersabar. Mungkin juga kekuatan cinta.
Karena cinta itu memaafkan ...
Mas,
kalau benar tulisan pencerita itu adalah doa. Anggap saja surat dibawah ini
adalah doa yang sering aku rapal untukmu, dulu. Memang sih, aku sudah tidak
merapal doa ini lagi. Sejak aku memutuskan menyudahi kebodohanku. Sejak seorang
perempuan dekatku menyadarkanku dan meng-ah,
sudahlah, itu masa lalunya.
Mencintaimu, adalah hal benar yang pernah kulakukan. Dan
aku sudah mengucapnya berkali-kali. Bahkan dari ayam berkokok pada dini hari
hingga matahari tak nampak lagi. Dan selalu saja, aku ingin menjadi perempuanmu
satu-satunya tanpa ada perempuan lain dalam hidupmu, tentunya selain perempuan
dalam keluargamu. Tak peduli masa lalu atau siapapun itu, yang jelas aku tak
pernah menginginkan seorang perempuanpun mengisi lobus heparmu barang sedikit
saja. Bahkan, itu sudah menjadi percakapanku dengan Tuhan selama ini.
Pengharapanku yang lain adalah kamu yang dikirim Tuhan untuk tetap tinggal, bukan untuk pergi. Salah satu mimpi besarku adalah menjadikanku sebagai rumah yang akan tetap menjadi tempatmu untuk berpulang. Semoga juga kamu mengerti, rapalan doa yang tak pernah terhenti adalah selain melihatmu berbahagia juga menjadikanku perempuan yang pantas kau perjuangkan.
Aku baru saja menutup tab aplikasi bbm di ponselku ketika
aku terakhir membalas pesanmu malam ini. Mendadak, aku menekan tombol huruf namamu
pada keyboard di laptopku pada kotak pencarian di google. Sederhana sekali,
niatku iseng saja. Toh mataku sudah letih menatapi jurnal demi jurnal yang tak
kunjung selesai.
Selalu dan selalu
saja. Perempuan itu muncul lagi. Wajah perempuan yang selalu muncul setiap kali
aku menulis namamu dalam pencarian. Aku tak tau seberapa banyak ia pernah ikut
andil dalam kehidupanmu dulu. Sebelum kamu memperjuangkannya mati-matian lalu
akhirnya ditinggalkan.
Aku bodoh untuk selalu melihat masa lalumu. Entah nanti
kamu akan mendefinisikanku sebagai gadis aneh atau apa, aku tak peduli. Aku
bahkan membenci diriku sendiri yang tak pernah bisa sepenuh hati menerima
perkara masa lalumu. Selalu terbesit pertanyaan –Ah, sebegitu cintanya ya
dulu?-
Mas, aku cemburu sama mantan kamu. Dia begitu cantik. Setidaknya,
dia pernah mendengar kau memanggilnya cantik. Pasti juga kau pernah memeluknya
dari belakang seperti yang kau lakukan padaku saat sedang bercermin. Dia bisa
membuatmu sebegitu cinta dan sebegitu memperjuangkannya walaupun kau sendiri
menyadari bahwa hatimu pernah tercabik berkali-kali olehnya.
Lalu, bagaimana bisa kau mencintaiku sementara
aku jauh dari kesempurnaan yang dia miliki?
Jujur saja, aku ini perempuan yang egois. Aku hanya ingin
menjadi satu-satunya perempuan yang yang kau cintai. Aku tau, salah satu sudut pandang cinta adalah
melihat orang yang kita cintai berbahagia. Tapi sayang, aku bukan pecinta yang
baik. Munafik, kalau aku bilang bahagia melihatmu berbahagia dengan yang lain. Aku
bahkan tak pernah merelakan ada satu celahpun perempuan lain terbesit dalam
pikiranmu.
Aku tau, betapa apatis dan jijiknya kau membaca tulisanku
yang cacat karena membahas masa lalumu. Aku minta maaf untuk itu, bahkan aku
rela jika konsekuensi terbesar dari tulisanku ini adalah kau mati rasa padaku. Tak
apa. Kelak hari, aku janji seberapapun ingin, tak ingin kuhidupkan lagi kisah
lalumu walau hanya dalam tulisan kecilku.