Kamis, 03 Juli 2014

Kamu, wujud pengaminanku

Sudah hari ketiga. Tiga kursi disamping kiriku adalah pemilik nama yang kerap kali kusebut dalam doa. yang akhir-akhir ini membuatku tak berdaya dengan segala senyum yang nyaris sempurna dibuatnya. 

Catatan kecil bertuliskan -Kemeja tiga per empat lengan- melayang. jatuh dari genggaman sebuah tangan mungil. membentur tembok dan sisanya hanya suara dari ucapan bibir seorang perempuan yang tengah terbaring di ranjangnya.

"Aku benci dia !" teriak perempuan itu setengah sadar dari apa yang Ia dengar barusan. Matanya meredup. Deruan nafasnya sangat cepat. tergambar begitu jelas dia bergeser dari kurva kenormalannya. 

Perempuan itu menutup wajahnya samar-samar dengan kedua telapak tangannya. nafasnya kian menderu. hatinya semakin berkecamuk. Matanya menutup erat-erat seolah tidak menginginkan lagi menjadi bagian dari semesta ini. 

"Jatuh cinta selalu saja menyakitkan. selalu saja mengurai air mata. selalu saja ! ARGHH! " emosinya memuncak. suaranya kian lantang dibalik rasa kagumnya pada lelaki itu. 

Catatan kecil yang masih bertulisan -kemeja tiga per empat lengan- itu masih saja bertahan disitu. tampak sekali tidak berdosa dan tampak sekali tidak peduli dengan amarah perempuan itu. 

"Sudah kukatakan berulang kali kepadamu, perempuan. jatuh cinta itu sakit. sekali lagi candu-nya cinta adalah kesakitan. kamu masih saja ngeyel" perang mulut di hati perempuan itu membuatnya semakin bergejolak. 

lantas baru kau mengagumi setiap kesempurnaan senyum yang tertahan behel, kau sudah segila ini. candu-mu justru membuat bulan sabit pada bibirmu itu terbalik. kau rela, perempuan? 

Cinta, cinta itu apa ?

Cinta itu yang membuat tersenyum memandangi ponsel dari bangun tidur hingga tertidur lagi? 
C inta itu alasan setiap kedustaanmu pada orang tua?
Cinta itu jurang pemisah pertemanan kamu dengan sahabat-sahabatmu?
Sekali lagi, persetan dengan cinta ....

Dan perempuan itu terus bergumam dalam hatinya.

Perempuan itu bangkit. kepalanya masih bersandar pada ranjangnya, berusaha membuat pikirannya senormal mungkin. 

Dan sekali lagi, Cinta ....

"Untukmu, aku tidak akan pernah menyalahkan setiap kehadiranmu. setiap kecanduanmu yang kusebut itu tangis. setiap tawa dan sesak yang kau hadirkan. TIDAK. Aku cukup tau diri. aku ada karena cinta. dia pun ada karena cinta. dan karena cinta aku bisa melukis bulan sabit pada bibirku, walau hanya memandangi punggungmu, walau hanya melalui senyuman yang selalu kau ciptakan kian nyaris sempurna" bisik lirih perempuan itu sambil merenggut kembali catatan kecilnya. 

"Dan karena cinta, menjadikan  kamu sebagai wujud pengaminanku"



Ditulis di menit pertama pada sudut jarum 130 derajad
dan pada seorang perempuan yang berambigu dengan cinta
mas, perempuan itu
aku ...





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar