Minggu, 29 Juni 2014

Sephia ...



Cinta membuatku sebegitu lumpuh, bahkan sampai kehilangan titik normalku. Persetan dengan segala kata cinta dan lelaki yang kini berada di depanku persis, kekasih orang.

Ini sudah menit ke lima belas dan waktu kesekian aku terjebak dalam diam. Aku menyeruput secangkir teh manis kesukaanku. Pandanganku masih melekat erat pada lelaki yang ada didepanku. Namun tak kulihat pandangannya membalas pandanganku. Matanya tertuju pada ponsel yang digenggamnya. Aku sudah tidak tau lagi apa yang dikerjakannya.

“kamu kenapa diam? Kamu tak bosan membiarkanku terus membisu. Padahal kita berada pada lingkup yang sama, bahkan meja yang sama.” Ujarku memberanikan diri membuka pembicaraan. Suaraku begitu tercekat, memaksaku untuk mengeluarkan kata yang sudah seharusnya kukatakan.

Lelaki itu hanya sedikit mengalihkan pandangannya. Dia menatapku. Tatapan kesekian kali yang membuatku jatuh cinta.  Membuatku lupa aku mencintai sosok yang tak seharusnya kusandarkan perasaan ini. Suara yang kuharapkan tak kunjung keluar dari bibirnya. Bibir yang pernah sebegitu kukagumi dari awal pertemuanku. Bibir yang selalu menemaniku dalam perjalanan Jogja-Solo. Semuanya begitu berubah.

Setahun yang lalu Tuhan mempertemukanku dengan sosok yang sekarang ada didepanku. Namanya, Adi. Aku sempat menaruh hati padanya setelah aku dihianati sahabatku sendiri. Ya, sebelum aku mengenal Adi aku sempat dekat dengan lelaki yang satu almamater denganku, namanya Reno. 

Reno menghilang tiba-tiba setelah terakhir kulihat dia mengganti display picturenya dengan gambar seorang perempuan. Lima bulan setelah sepeninggalan Reno, tiba-tiba sahabatku bercerita bawasanya dia menjalin hubungan dengan Reno. Mungkin bisa kamu rasakan seberapa sakitnya, seorang yang merebut kebahagiaanku itu adalah sahabatku sendiri ...
---

Lalu aku jatuh cinta pada kakak kelasku, Adi. Dan kopi daratku kali ini bukan hal yang pertama kalinya kami lakukan. Aku dengannya sudah berulang kali keluar untuk sekedar refreshing, dan semakin mendekatkan diri tentunya. Sejauh ini, dia tak pernah memintaku untuk menjadikan kekasihnya.

Bukan karena aku yang meminta. Dari sekian perhatian yang ditujukan padaku, membuatku berulang-ulang merasa bahwa dia mungkin memiliki perasaan yang sama. Aku ini wanita, dan aku juga sudah dewasa, kamu pun bahkan bisa memahami jika seseorang menaruh perhatian lebih, itu artinya apa.

Aku semakin memandangi lelaki yang tak ada satu meter dari pandanganku. Semua sudah jauh berbeda. Aku sudah tak seleluasa dulu menikmati pemandangan didepanku. Hatiku mengganjal. Lalu aku tersadar, lelaki yang tengah kupandangi itu adalah orang yang sama yang sedang menjadi pengharapan seorang wanita yang beberapa waktu lalu menjadi sasaran stalkingku.

Multi-stalkku waktu itu telah mengubah semuanya. Selain mengubah dua cangkir teh panas yang mendingin pada meja yang bersamaan, dia juga mengubah rasa dan caraku memeluknya dari belakang. Harus berapa kali kukatakan kepadamu, aku harus menanggung rasa sakit untuk yang keberapa kali?

 Dan seberapa sakit lagi saat aku mengetahui orang yang namanya selalu aku sebut dalam setiap sepertiga sholat malamku itu tiada hak untukku ?

Maaf dari Tuhan untuknya melaluiku membuatku semakin susah membuat jarak dengannya. Bagaimana tidak? Aku selalu memaafkannya bahkan saat mengetahui alasannya tak menjadikanku kekasih. Ya, wanita itu. Aku bahkan tak bisa membencinya.

Rasaku sudah sebegitu dalam untuknya. Sebegitu caranya menjadikanku kekasih yang lain untuknya. Aku bahkan sudah gelap mata, gelap hati, bahkan sampai lupa rasanya aku ini hanya kekasihnya yang lain. Kutegaskan sekali lagi, hanya-kekasihnya-yang-lain. Kekasih selama Adi terpaut jarak oleh wanita pengharapannya.

Jogja
Harus pula kuceritakan padamu bagaimana aku kuat menghadapi jeritan hati saat aku kembali pulang ke kotaku? Ya, masih dengan tokoh yang sama. Adi.

Adi bahkan tak pernah menghubungiku tatkala berada di Jogja. Ya, dia sibuk dengan wanitanya. Hati ini selalu saja memaafkannya. Hal seperti ini bukan untuk pertama kalinya dilakukannya padaku. Aku hanya dianggap ada saat dia terpisah jarak oleh wanitanya. Dan saat seperti ini? Aku ditinggalnya begitu saja. Aku sudah selalu terbiasa dengan keadaan seperti ini.

Dan Solo malam ini membuatku harus menahan tangis didepannya. Aku benci saat seperti ini. Tangis yang tertahan hanya akan membuat dadaku ini semakin sesak. Ciumannya yang selalu membuatku percaya dia adalah jawaban dari doaku itu terlintas lagi dari sawar-sawar otakku. Bayangan dua bibir yang saling bersentuhan dan setiap kata sayang yang keluar lembut itu membuatku harus menghela nafas dalam-dalam. Selain menangis, hanya itu yang bisa kulakukan.

Tuhan meyakinkanku, aku hanyalah kekasih gelap dari lelaki yang amat kucintai itu. Tuhan semakin memperjelas, aku hanyalah sephia-nya ...

Cinta memang tak selamanya manis. Tapi aku tak pernah menyangka cinta akan sepahit ini


 Ditulis lewat tengah malam oleh pihak ketiga
Salah satu tokoh yang tak disebutkan namanya disitu
yang pernah menjadi bagian dari kesakitan tokoh "Aku"







Tidak ada komentar:

Posting Komentar