Sebenarnya bukan
karena aku tak pernah ingin memberi judul pada setiap tulisanku. Ini
sudah kosong kesekian. Akhir-akhir ini aku memang sedang menyukai
enam huruf abjad itu, K-O-S-O-N-G.
Ruangan kosong.
Kamar kosong. Buku kosong. Pikiran, bahkan hati kosong. Ya, aku
seperti menemukan suatu ketenangan disana. Aku tak perlu beradu gaduh
dengan suara. Aku tak perlu lelah mengingat hal yang sebenarnya tak
pantas lagi kuingat. Atau bahkan aku tak perlu menambah beban
pulmo-ku untuk sekedar sesegukan menahan sesak, mengingat sebagian
dari kenistaan yang pernah terekam oleh otak bahkan tersimpan rapih
dalam folder hati.
Bukankah sudah
kubilang padamu, mas. Melupakanmu beserta segala hal yang pernah kita
jalani itu bukan perkara yang mudah.
Ujian minggu-minggu
ini memang harus memaksaku membuka buku. Kau tau bukan, aku selalu
mengantuk saat harus membuka buku? Belum lagi aroma buku yang sudah
lama tak dibuka itu benar-benar membuatku semakin malas. Aku membenci
baunya! . bagiku, berurusan dengan gadged memang lebih menyenangkan
ketimbang harus melakukan hal ini.
Osce semakin
mendesakku harus membuka buku, orang menyebutnya ujian praktek.
Bagaimana tidak, mas. Bisa kamu bayangkan 8 stase dalam satu hari.
Seperti ketahuan mengambil kekasih orang, lalu dipukulinya hingga
sekarat. Tentu kau tau rasanya. Kalau kau tak bisa merasakannya,
berarti kamu adalah peran yang diambil.
Jangan pernah merasa
aku membelamu, mas. Tamu tidak akan masuk kalau tidak dipersilahkan
tuan rumahnya untuk masuk.
Baru juga aku
membuka buku, mas. Mataku semakin ngantuk saja. Godaan memang jika
harus membaca di jam yang mash belum bisa memperbaiki mood. Aneh mas,
aku terus saja membaca. Lembar demi lembar. Mataku tertatap pada satu
lembar, tapi pikiranku melayang kemana-mana. Jangan ge-er mas,
pikiranku ndak ke kamu. Tentunya haram aku memikirkan seseorang yang
sudah bukan menjadi hak-ku lagi. Apalagi aku tau kamu punya kekasih.
Aku cukup tau diri dan cukup punya harga diri untuk tidak
menghancurkan hubungan orang.
Aku terkena
syndromenya anak ujian mas, bosan. aku ingin keluar malam ini.
Biasanya saat penat aku ingin berjalan-jalan keluar. Itu akan sedikit
memperbaiki moodku. Tiba-tiba di setiap sudut jalan aku menemukan
namamu mas. Aku menemukan namamu pada barbershop, toko gorden, toko
gas elpiji, bahkan toko mainan anak mas.
Pikiranku melayang
pada lembaran-lembaran yang tergeletak di kasur selepas kutinggal
pergi. Disana juga ada namamu. Namamu terselip dalam setiap reseptor,
reagen, sinar terapi. Hehe namamu memang ndak asing lagi mas. Kau tau
namaku juga terselip dalam materi pada blok yang sedang aku pelajari,
mas? Ya, namaku ada disana juga.
Nama kita memang ada
dalam satu buku yang sama. Satu materi yang sama. Namun, kita tak
akan pernah bisa lagi berada dalam satu kalimat rasional.
Sedangkan dia? Dia
yang namanya bahkan tidak pernah disebutkan dalam satu buku yang sama
dengan namamu saja, bisa menjadi satu kalimat logis bersama dengan namamu.
Dunia memang selalu penuh kejutan!
"satu lambaian kepegianmu, seribu tahun hujan di kedua mataku"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar