Surat pertama menjelang senja. Jikalau suratku nanti sampai pada suatu pengharapan, kuharap kau adalah salah satu dari ribuan malaikat Tuhan yang ikut serta meng-aminkan :)
Dan sekali lagi terimakasih pos cintaku @gembrit yang akan mengantarkan segala rasa dan kerinduan pada lelaki yang berjarak ratusan kilometer dari tempatku berpulang, rumah.
Sore ini gerimis. Jemari indahku terus berpadu dalam jajaran huruf. Bukan alphabet, bukan. tentu saja bukan. Hurufnya acak dan cukup memusingkan.
Mungkin sebagian orang akan mengatakan aku sedang membuang-buang waktu berhargaku. Ya, untuk pejuang skripsi sepertiku menulis sesuatu yang tidak berkaitan dengan tugas akhirku adalah sia-sia. Tapi tidak untuk menulis kali ini. Tidak ada kata sia-sia untukku menulis surat cinta...
Senja kali ini gerimis. Ah, ini gerimis kesekian yang mulai menghalangi senja berpeluk dengan semesta. Aku begitu menggilai senja. Namun aku pun tak pernah membenci gerimis yang hadir ditengahnya. Bagaimanapun, aku pernah dihantarkan gerimis saat senja pada pertemuan pertama. Dan petrichor yang mana bisa mungkin aku lupa ...
Aku mulai menyesap seduhan cokelat panas. Ini adalah sesapan pertama setelah terakhir kali aku menyesap tepat di hadapanmu. Lagi-lagi pada pertemuan pertama.
Tak ada yang menyakitkan pada pertemuan pertamaku, kamu, kita. Tidak. Hanya saja rindu-rindu setelahnya yang menyakitkan. Dan galery yang penuh dengan foto-fotomu yang hanya menjadi penawarnya. Setelahnya? aku tidur. Dengan pengharapan caraku terlelap akan mengurangi barang sedikit saja rasa rinduku. Apadaya, nyatanya aku selalu gagal ...
Hai, kamu.
Perwira Angkatan Bersenjata ...
Kamu ingat Ferrish Wheel pada malam tahun baru ? Atau gelapnya taman tempat kita duduk berdua sambil tertawa? Ha-Ha ! menyenangkan.
Eh, salah. Kita tidak hanya duduk berdua waktu itu. Ada beberapa orang disekitar kita. Lagi pula kata nenek, gelap-gelapan berduaan itu berbahaya.
Pertemuan pertama kita tepat di penghujung akhir tahun, dan tentu saja kamu adalah alasan satu-satunya. Bagaimana tidak? di sela-sela aktivitasmu yang (luar biasa) padatnya, baru 30 hari yang lalu kau sempat menemuiku dari sekian lama kamu hadir dalam deretan huruf membentuk kata.
Dan sekali lagi kuucapkan selamat atas keberhasilanmu menempuh Pendidikan Infanteri. Bukankah aku turut menemani hari-hari pendidikanmu setelah keluarga dan teman-teman seperjuanganmu yang (tentunya) ikut menghantarkan dalam doa?
Untukmu,
Perwira Angkatan Bersenjata
Tuhan mungkin memang belum mengijabahkan pengharapanmu seperti hari-hari lalu untuk ditempatkan di pulau kelahiranmu, Jawa. Tapi, bukankah kau menyadari bawasanya Tuhan pun tak akan pernah tertidur?
Aku sedih? Ya, tentu saja. Tapi aku harus turut bahagia. Sebab itulah salah satu cara aku mendukung dan senantiasa mendoakanmu. Pergilah jauh demi Asa-mu, demi citamu.
Jangan pedulikan jarak. Aku bahkan selalu bahagia dan akan selalu menanti kehadiranmu walau hanya lewat rangkaian kata.
Kali ini tepat 30 hari setelah pertemuan pertama kita dan hari ini pula tepat aku menulis surat pertama untukmu pada #3oHariMenulisSuratCinta. Whoaa, kamu special bukan?Pertemuan pertama kita tepat di penghujung akhir tahun, dan tentu saja kamu adalah alasan satu-satunya. Bagaimana tidak? di sela-sela aktivitasmu yang (luar biasa) padatnya, baru 30 hari yang lalu kau sempat menemuiku dari sekian lama kamu hadir dalam deretan huruf membentuk kata.
Dan sekali lagi kuucapkan selamat atas keberhasilanmu menempuh Pendidikan Infanteri. Bukankah aku turut menemani hari-hari pendidikanmu setelah keluarga dan teman-teman seperjuanganmu yang (tentunya) ikut menghantarkan dalam doa?
Untukmu,
Perwira Angkatan Bersenjata
Tuhan mungkin memang belum mengijabahkan pengharapanmu seperti hari-hari lalu untuk ditempatkan di pulau kelahiranmu, Jawa. Tapi, bukankah kau menyadari bawasanya Tuhan pun tak akan pernah tertidur?
Aku sedih? Ya, tentu saja. Tapi aku harus turut bahagia. Sebab itulah salah satu cara aku mendukung dan senantiasa mendoakanmu. Pergilah jauh demi Asa-mu, demi citamu.
Jangan pedulikan jarak. Aku bahkan selalu bahagia dan akan selalu menanti kehadiranmu walau hanya lewat rangkaian kata.
Dan dari 30 hari itu kamu masih ndak ada inisiatif buat bilang kangen sama aku?
hmmm...baiklah. kalo begitu, biar aku saja yang bilang kangen ke kamu ,
Mas, aku kangen ...
- Hujan sudah reda. Senja tampak menguning. Dan aku akan selalu bersyukur. Seberapapun jauh jarak kita, akan ada pos cinta yang menghantarkan sebait dua bait kata kerinduan untukmu, yang sebentar lagi akan menjalankan Tugas Negara di penghujung Khatulistiwa ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar