Entah
aku sudah menulisnya berapa kali, tapi rasanya tak pernah bosan berulang-ulang
menulis sebuah kerinduan untuknya. Ya, lelaki yang menjadi alasanku berpulang dan
selalu merindukan segala raut bahagianya.
Lelaki
separuh baya dengan semangat yang hampir tak ada habisnya. Tak peduli langkah
yang semakin tersenggal termakan usia. Lelaki yang rela melakukan apa saja demi
melihatku tumbuh berbagia. Lelaki yang tak akan pernah rela melihatku
menitikkan air mata setetes pun.
Lelaki
yang hampir menghabiskan seluruh waktunya di depan layar. Barang kali satu-dua
jam berkumpul bersama keluarganya adalah harta yang tak akan pernah ternilai
olehnya. Mata sayu dan secangkir kopi hitam yang selalu menemani setiap
tuntutan adalah bukti betapa besar tanggung jawab yang dipikulnya. Yang ku tau,
tak pernah ada satu kalimat mengeluh pun keluar dari bibir sucinya. Seberapapun
ingin; seberapapun menahan.
Lelaki
itu sangat mencintaiku, perempuan kedua setelah ibuku. Penyemangat langkahku
dan penyempurna segala tawaku. Seberapapun kekurangan dan segala kenakalanku adalah
cerminan betapa kuat untuknya bersabar menghadapiku. Lelaki yang rela
menjatuhkan gengsi demi gengsi untuk sekedar menanyakan kabarku, saat aku
berada jauh di perantauan. Lelaki yang tak pernah lelah memberiku segala nasehat. Lelaki yang rela memberikan segala yang kupinta. Lelaki yang
rela meneteskan seluruh keringatnya untukku.
Dan jika nanti aku diberi
kesempatan untuk membahagiakan, maka beliau lah yang akan kubahagiakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar