Selasa, 08 September 2015

Lelakiku …




Entah aku sudah menulisnya berapa kali, tapi rasanya tak pernah bosan berulang-ulang menulis sebuah kerinduan untuknya. Ya, lelaki yang menjadi alasanku berpulang dan selalu merindukan segala raut bahagianya.

Lelaki separuh baya dengan semangat yang hampir tak ada habisnya. Tak peduli langkah yang semakin tersenggal termakan usia. Lelaki yang rela melakukan apa saja demi melihatku tumbuh berbagia. Lelaki yang tak akan pernah rela melihatku menitikkan air mata setetes pun.

Lelaki yang hampir menghabiskan seluruh waktunya di depan layar. Barang kali satu-dua jam berkumpul bersama keluarganya adalah harta yang tak akan pernah ternilai olehnya. Mata sayu dan secangkir kopi hitam yang selalu menemani setiap tuntutan adalah bukti betapa besar tanggung jawab yang dipikulnya. Yang ku tau, tak pernah ada satu kalimat mengeluh pun keluar dari bibir sucinya. Seberapapun ingin; seberapapun menahan.

Lelaki itu sangat mencintaiku, perempuan kedua setelah ibuku. Penyemangat langkahku dan penyempurna segala tawaku. Seberapapun kekurangan dan segala kenakalanku adalah cerminan betapa kuat untuknya bersabar menghadapiku. Lelaki yang rela menjatuhkan gengsi demi gengsi untuk sekedar menanyakan kabarku, saat aku berada jauh di perantauan. Lelaki yang tak pernah lelah memberiku segala nasehat. Lelaki yang rela memberikan segala yang kupinta. Lelaki yang rela meneteskan seluruh keringatnya untukku.


Dan jika nanti aku diberi kesempatan untuk membahagiakan, maka beliau lah yang akan kubahagiakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar