Ada
seorang lelaki. Ia sudah seperti temanku sendiri. Setiap hari tak pernah absen
menemaniku; sekedar menanyakan sedang apa hingga memastikan keadaanku baik-baik
saja.
Hai, lelaki itu, kamu ...
Perkenalkan, namaku av. Dan aku adalah
pecandumu sejak saat itu. Sejak jiwamu hadir menemani dan memberiku semangat
disini. Sejak kulihat tatapan beberapa detik lalu. Aku senang dan selalu
menantikan kehadiranmu walau hanya dalam bentuk kata sekalipun.
Dan hari ini ingin sekali kutuliskan
sesuatu tentangmu.
Tapi maaf, jika nanti tulisan
tentangmu ini justru hanya akan membuatmu bosan; apatis; kemudian jijik. Tapi
sesungguhnya aku tak pernah bosan jika harus menuliskan sesuatu tentangmu
berulang-ulang, terus menerus tanpa jeda. Bahkan mengalahkan rasa ketakutanku
jika suatu saat kau baca, lantas membuatmu mati rasa. Lalu mengumpatku “ih apa-apaan sih ini
anak…”
Lagi-lagi aku menulisnya pada dini
hari. 02:00 adalah kepemilikanku, untuk bergelut dengan malam dan detakan
waktu. Tepat beberapa menit setelah tawamu menghiasi malamku. Selain pada suara
yang hanya terdengar jelas atas bantuan signal; juga pada senyuman laksana
senyata-nyatanya surga.
Tentangmu beberapa detik yang lalu
Hari ini kau benar-benar kuundang
menjadi jiwa dalam tulisanku seperti yang pernah kukatakan beberapa waktu lalu.
Kau tau? Betapa duduk disebelahmu, memandang tawa bahagiamu adalah satu dari
sekian pengaminan yang pernah kurapalkan pada Tuhan. Atau kehadiran yang
sebatas cacahan kata kini benar-benar nyata.
Detik-detik yang lalu benar-benar
berhasil mengubah seluruh pandanganku tentangmu. Yang kupikir kau dingin
dan menyebalkan ternyata justru lebih dari menyenangkan.
Dan kau benar-benar menjadi seseorang
yang membuatku kecanduan sampai overdosis dan tak ingin disembuhkan.
Terimakasih mas, you can made my day.
Walau aku tau, kesalahan terbesarku adalah terlalu cepat menjadikanmu
pecanduku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar