Minggu, 13 September 2015

Tangga Nada ke-empat ...


Ada seorang lelaki. Ia sudah seperti temanku sendiri. Setiap hari tak pernah absen menemaniku; sekedar menanyakan sedang apa hingga memastikan keadaanku baik-baik saja. 

Hai, lelaki itu, kamu ...

Perkenalkan, namaku av. Dan aku adalah pecandumu sejak saat itu. Sejak jiwamu hadir menemani dan memberiku semangat disini. Sejak kulihat tatapan beberapa detik lalu. Aku senang dan selalu menantikan kehadiranmu walau hanya dalam bentuk kata sekalipun. 

Dan hari ini ingin sekali kutuliskan sesuatu tentangmu.

Tapi maaf, jika nanti tulisan tentangmu ini justru hanya akan membuatmu bosan; apatis; kemudian jijik. Tapi sesungguhnya aku tak pernah bosan jika harus menuliskan sesuatu tentangmu berulang-ulang, terus menerus tanpa jeda. Bahkan mengalahkan rasa ketakutanku jika suatu saat kau baca, lantas membuatmu mati rasa. Lalu mengumpatku “ih apa-apaan sih ini anak…”
 
Lagi-lagi aku menulisnya pada dini hari. 02:00 adalah kepemilikanku, untuk bergelut dengan malam dan detakan waktu. Tepat beberapa menit setelah tawamu menghiasi malamku. Selain pada suara yang hanya terdengar jelas atas bantuan signal; juga pada senyuman laksana senyata-nyatanya surga. 

Tentangmu beberapa detik yang lalu
Hari ini kau benar-benar kuundang menjadi jiwa dalam tulisanku seperti yang pernah kukatakan beberapa waktu lalu. Kau tau? Betapa duduk disebelahmu, memandang tawa bahagiamu adalah satu dari sekian pengaminan yang pernah kurapalkan pada Tuhan.  Atau kehadiran yang sebatas cacahan kata kini benar-benar nyata. 
Detik-detik yang lalu benar-benar berhasil mengubah seluruh pandanganku tentangmu. Yang kupikir kau dingin dan menyebalkan ternyata justru lebih dari menyenangkan. 

Dan kau benar-benar menjadi seseorang yang membuatku kecanduan sampai overdosis dan tak ingin disembuhkan.

Terimakasih mas, you can made my day. Walau aku tau, kesalahan  terbesarku adalah terlalu cepat menjadikanmu pecanduku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar