Rabu, 11 Februari 2015

#30HariMenulisSuratCinta – Stand By Me, Al …



Pagi kedua aku menulis surat cinta di tempat yang sama. Sebenarnya, aku bingung akan kutujukan pada siapakah surat cinta bertemaku hari ini. Mengingat tidak hanya satu dua orang yang membutuhkan segala dukungan. Ibu, Ayah, Adik, Sahabat, Kekasih, dan masih banyak lagi. 
 
Tapi ada satu orang yang yang ingin sekali kutulis surat cinta untuknya. Maaf, aku memanggilnya Al. Bukan Alfa, bukan. Aku tidak akan menulis surat cinta untuknya hari ini. Sebisa, aku sudah menutup semuanya. Dia tidak akan lagi hadir walau hanya menjadi jiwa-jiwa kecil dalam tulisanku.

Aku menulisnya untuk dia. Pemilik semesta.
Tapi aku tau, saat ini dia memang benar-benar butuh segala dukungan dan semangat. Jauh dari sebelum dia akan memasuki ujian blok jiwa.
Kamu tau? Selain orang tua dan orang-orang disekitarnya, Tuhan memiliki cara yang cukup owsom untuk memberi segala dukungan bagi perempuan ini. Diturunkanlah sistem imunitas perempuan ini menjelang-menjelang ujian. Maka, perempuan ini akan benar-benar berjuang untuk dua hal; ilmu dan kesehatan.

Blok jiwa? Perempuan ini tidak akan banyak bicara. Dengan sks yang cukup banyak dan soal yang ada 100 option, ditambah satu kasus MEQ cukup memabukkan bagi perempuan yang tak pernah masuk kuliah jiwa sepertinya.

Hari ini adalah H-1 dia akan menjalani OSCE. Orang menyebutnya ujian praktek. Kamu tau? Semester ini akan akan 14 stase dengan dua stase istirahat. Perempuan ini bilang tidak sanggup. Terlihat saat ia benar-benar letih dan menangis pada suatu sore. Bagaimana tidak? Saat Raga masih berkutat dengan manekin dan segalanya, sementara jiwa sudah benar-benar berpulang.
Tapi seperti ia akan menyebrangi pulau, dan osce adalah jembatan. Perempuan ini tidak akan mencapai pulau yang diinginkan dan segera memeluk kekasih jikalau tidak melewati jembatan itu. Kamu bisa membayangkan? Betapa perjuangan lagi yang harus ia sematkan.

Betapa stase pimpinan persalinan normal yang seharusnya biasa dilakukan seorang bidan dan obsgyn, kali ini harus benar-benar ia lakoni dalam waktu 13 menit. Stase jiwa yang biasa dilakukan seorang psikiater dan psikolog, kali ini akan ia pegang dengan waktu yang sama, 13 menit. Stase anak yang biasanya menjadi makan sehari-hari pediatric, kali ini akan ia lahab sendirian. Dan pada masing-masing blok akan ada pemeriksaan lain yang harus dia kerjakan. 
Kurang apalagi alasanku memberikannya semangat dan segala dukungan?

Hingga pada suatu sore perempuan ini menangis. Dia letih, dia mulai benar-benar merindu rumah. Perempuan ini rindu akan masakan Ibunya, atau pelukan kecil Ayahnya, bahkan tangisan nakal Adiknya. Yang ku tau, ada  sesuatu yang tengah berbisik lirih padanya. Entah apa yang ia katakan, yang jelas ia menguatkan. Hingga perempuan itu benar-benar tersadar, ada dua penguat yang sedang menunggunya. Ibu dan Ayahnya akan duduk didepan ruang praktek yang bertulisan nama perempuan itu dan tersenyum menyapanya,  'Selamat pagi dok ...'


Kepada perempuan pemilik jam tidur dini hari

Alvy-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar