Jumat, 06 Februari 2015

#30HariMenulisSuratCinta – Untukmu, Aksara Hati



Sebelumnya, aku ingin sekali meminta maaf kepada bosse @poscinta untukku kemarin tidak menulis surat cinta. Ketahuilah bosse, mood bergejolakku hanya akan membuat suratku tampak buruk dan akan lebih buruk. 

Tapi baiklah, aku tidak akan berjanji tapi akan berusaha terus menulis surat apapun yang sedang terjadi padaku, perubahan mood sekalipun :’))

Dear Aksara Hati …
Masihkah kamu menuangkan segala peristiwa dalam tulisan-tulisanmu? Kamu masih semangat untuk menulis? Masih dong, barusan saja aku mempir ke aksara hati.  Hebat sekali ! 

Sama, aku masih suka menulis. meski aku sempat lama tidak menulis lagi. engg…bagaimana aku bisa menulis jika inspirasi yang menjadi jiwa dari tulisanku sudah benar-benar pergi?

 Hingga pada akhirnya aku menemukan inspirasi terbesarku yang lain lagi. Mmmm, aku menyebutnya dopamine. Mungkin karena aku menganggap dia adalah neurotrasmitter terbesarku. Tapi, tenang. Aku belum akan menceritakannya sekarang. Mungkin di lain waktu.

Hai Aksara Hati,
Rasanya lama sekali aku tak berada didepanmu. Beradu dalam pikiran. Bertukar sajak-sajak yang akan kita tuliskan. Menulis, dan membawa tiap-tiap inpirasi ke dalam jiwa tulisan. Kamu, dan huruf-huruf dalam tulisanku.

Ah, Aksara Hati
Kamu apa kabar? Bagaimana dengan tugas-tugas praktikummu? Lalu, kapan ada waktu untuk kita kembali mengulang masa kecil barang 60 menit saja. Tak inginkah kamu mengulang tentang bagaimana kita menulis bersama. Segala ide kita tuang dalam dua wadah yang berbeda. Sepenggal ceritaku, dan kamu.

Mmmm, Aksara Hati,
Rasanya cepat sekali ya tulisan-tulisan fiktif masa kecil berganti dengan huruf-huruf yang bertema membentuk kata c-i-n-t-a. 

Kita udah dewasa!  Padahal rasanya baru kemaren saat buku-buku kumpulan cerita kita tercetak rapih dalam sampul biru dan orange. Ah, mungkin aku lupa dengan judul buku pertama kita. Tapi sepertinya aku masih belum lupa dengan segala isinya.

Bolehkah aku menuang sedikit cerita tentang kita dulu? Barangkali sekedar penawar rindu saja. Aku janji, setelahnya aku akan menutup segala kekonyolan masa lalumu, aku.

Aduh, aku bingung harus memulai dari mana. Karena aku pun bingung rasanya kapan aku mengenalmu. Setauku, kamu adalah pemilik rambut kuncir dua disebelahku waktu itu. Ya, jelas saja aku tau. Aku menemukannya dalam album tua yang sisinya telah tertutup debu.

Setelahnya, aku menemukanmu dalam setiap lembaran majalah bobo. Hehe, kamu belum lupa kan dengan majalah kebangsaan kita? Bobo. Majalah yang begitu legendaris. Aku saja sampai tak sanggup menghitung berapa banyak uang yang dikeluarkan untukku berlengganan setiap minggu. Dari harga enam ribu sampai diatas sepuluh ribu. Bukankah kau juga mengalami revolusi harga itu? :’)) 

Ah, tidak hanya itu. Dan kamu harus tau bahwa kamu adalah satu-satunya saksi bahagia saat buku hasil tulisanku tercetak rapi dalam sampul orange. Dan bukumu dalam sampul biru. Lalu, kita tak bosannya membaca di penghujung waktu. Hingga sebelum maghrib tiba. 

Tapi sepertinya, Aksara Hati …
Semua yang aku tuliskan itu sudah pergi. Sudah benar-benar tertutup debu termakan usia. Bagaimana tidak? Saat aku membaca tulisan-tulisanmu sekarang, lalu membaca tulisanku sendiri, semua sudah benar-benar berbeda. Bahkan, tulisan-pun mengalami fase kedewasaan . Dimana, tokoh-tokoh kartun yang menjadi bahan tulisan kita dulu? Apa semuanya sudah benar-benar tergantikan oleh tokoh yang lain? 

Aksara Hati,
Selepas ujian hari ini aku mengunjungimu kembali. Lalu, kapan kau akan membawaku ke tempat-tempat yang ada dalam jiwamu? Tak inginkah kau barang sehari saja berpeluk dengan kata fatamorgana?

Untuk ;
Pemilikmu, Aksara Hati
Mutiara Ayu M.H
---
           

1 komentar: