Selasa, 10 Februari 2015

#30HariMenulisSuratCinta – Yang telah lama pergi, lalu hadir kembali

‘Hai, !’ sapamu pada suatu ketika kau telah benar-benar pergi dan aku-pun tak mengharapkan kehadiranmu kembali. Aku hanya membiarkan pesan singkat itu lalu berpura-pura tak peduli. Apa yang kulakukan seolah tak ada satupun yang terjadi.

Tapi sial ! Tanganku tak kuasa untuk sekedar menahan membaca lalu membalasnya. 

‘Iya?’
Tiga huruf satu tanda baca yang kuingat saat itu. Sialnya lagi, untuk kedua kali tanganku tak kuasa menahan untuk tidak menekan tombol ‘send’.

Argh ! Kau membalasnya lagi. Betapa tidak kuharapkan namamu menjadi penghias dari percakapan line-ku malam itu.

Dari situ hingga pada akhirnya percakapan terlarang itu tercipta kembali.
Emm, maaf. Aku menyebutnya percakapan terlarang. You know why I call it-lah. Kamu adalah satu dari sekian lelaki yang pernah memberiku pelajaran, sekaligus menyadarkanku. Bahwa aku memang pernah bodoh ! 

Malam itu, entah malam apa namanya aku lupa. Yang jelas adalah malam dimana otakku ingin sekali kembali pada masa-masa tiga tahun lalu dimana pertama kali aku mengenal namamu, dan membenamkannya dalam amigdala sampai detik aku menulis surat cinta ini. Haha, hebat ya aku bisa mengingat namamu selama tiga tahun sementara yang ku tau keyword materi kuliah kemarin saja aku bisa lupa.
Hebatnya lagi, kau bisa menjadi alasanku menggilai hujan dan malam. Bahkan sesaat-sebelum-status-bbm-mu-berganti-menjadi-nama-perempuanmu.

Ah, kuingat betul saat aku baru saja putus dengan mantan kekasihku. Lalu, perlahan kau mendekatiku. Sederhana sekali. Follow di berbagai social media, hingga sekian kali dating terakhir ditemani malam dan hujan. Terimakasih, aku pernah menjadikannya bagian special dalam hidupku.

Menyedihkan sekali waktu aku tau pada suatu malam tiba-tiba kulihat fotomu bersama perempuan. Dia cantik. Ah, walaupun untuk urusan badan aku tak kalah cantik tapi setidaknya dia pernah mendengar kamu memanggilnya cantik. Kamu tau? Hal semacam itu tak akan membuatku menghapus namamu dari kontakku.

Kamu pasti akan menganggapku buta. Tidak. Hal mana-kah yang kamu anggap aku tidak tau? Nama perempuanmu? Aku tau, dia berinisial double-I. Asalnya? Padang. Dia dua tahun diatas angkatanmu. Dia punya lesung pipi dan berkacamata. Dia adalah pemilik sifat bawel.
Apalagi? Kau akan ngetes apalagi? Bahkan alasan ketidak-sengajaanmu memilihnya menjadi pemilik hatimu saja aku masih ingat.  Kau pasti tidak menyangka sebegitu handalnya aku menjadi stalker.
Asal kamu tau, semenjak perempuan itu kau putuskan menjadi teman hidupmu, stalking adalah rutinitas wajibku dari bangun tidur hingga beranjak tidur kembali.

Sakit? Ah apa itu sakit? Ditinggalkan begitu saja setelah dibuat sebegitu jatuh cinta? Oh, tidak. Luka-luka dari mantan kekasihku masih ada. Maaf kalau aku pikir kamu datang untuk menyembuhkan luka. Aku hanya tidak menyangka kehadiranmu hanya untuk sekedar menabur garam diatas luka.

Kamu hadir kembali ?
Kamu kemana saja selama ini? Setelah tiba-tiba kamu menghilang dan datang kembali dalam segala ketidakberdayaanku atas pengakuan “Bukan Cuma kamu yang udah jatuh cinta, aku juga”. 

What the hell is going on? Haruskah aku mempercayai sama dengan alasanmu memilih perempuanmu saat itu adalah ketidaksengajaan?
-aku tidak sengaja jadian sama dia -you, 2013
Haruskah aku mengulang kebodohan yang sama?

Tapi maaf, lelaki yang (pernah) sebegitunya aku sayang. Dopamine-ku saat ini adalah benar-benar penawar dari segala sakitku. Maaf juga aku telah memilihnya tanpa memikirkanmu. toh, yang ku tau kamu sudah tidak peduli lagi bukan? Anggap saja malam dan hujan tak pernah lagi ada. Mereka hanya pencitraan bahwa ‘kita’ memang benar-benar pernah ada.






  






Tidak ada komentar:

Posting Komentar